1. Biografi Emanuel Wallerstein
Immanuel Wallerstein (lahir pada tahun 1930 di New York, AS), nama lengkapnya adalah Immanuel Wallerstein Maurice merupakan teoritisi strukturalis atau globalis. dengan dasar pemikiran dari Marx, ia mengemukakan struktur ekonomi global yang menjelaskan mengenai posisi negara-negara. dalam struktur kapitalisme global, negara-negara ditempatkan dalam Core (inti), Periphery (pinggiran) dan semi periphery (semi pinggiran).
Immanuel Wallerstein Maurice menikah dengan Beatrice Friedman pada 25 Mei 1964, dan bersama-sama memiliki satu anak perempuan. Wallerstein adalah sosiolog AS, ilmuwan sejarah sosial, dan analis system dunia. Immanuel Wallerstein merupakan teoritisi strukturalis atau globalis. dengan dasar pemikiran dari Marx, di mana ia mengemukakan struktur ekonomi global yang menjelaskan mengenai posisi negara-negara. dalam struktur kapitalisme global.
Immanuel Wallerstein Maurice lahir di sebuah keluarga yang sadar politik di New York. Selama tahun-tahun SMA-nya ia mengalami Perang Dunia II dan dengan demikian dalam masalah keluarga sadar politik di seluruh dunia, Perang Dunia II menjadi topik diskusi bagi mereka di rumah mereka. Wallerstein pertama kali tertarik pada urusan dunia sebagai remaja dan isu-isu tentang gerakan anti-kolonial di India pada waktu ia tertarik pada topik itu. .Ketika ia masuk Columbia College pada tahun 1947, organisasi politik yang paling bersemangat di kampus selama waktu itu adalah Amerika Veteran Komite (AVC), yang membuatnya tertarik pada politik, sehingga dari usia muda ia sudah bergabung dengan diskusi mereka pada tahun pertamanya.
Kepentingan dengan isu-isu di India dan pandangan AVC membuat reaksi kepada pemahamannya tentang ide-ide yang rumit. Di tengah segala sesuatu yang rumit, ia lulus dan menerima gelar BA pada tahun 1951. Ia mengikuti wajib militer di AS dari 1951-1953, dan ketika ia kembali, ia memutuskan untuk menulis tesis master nya dengan McCarthysme sebagai fenomena budaya politik Amerika. Pada tahun 1955 ia memperoleh Ford Foundation Fellowship Afrika untuk belajar di Afrika dan menulis disertasi di Gold Coast dan Pantai Gading dalam hal peran asosiasi sukarela yang dimainkan dalam kebangkitan gerakan nasionalis di kedua negara. pada tahun 1959 dan menjadi seorang sarjana Afrika dan seorang intelektual besar dan akan terus menjadi satu untuk dua dekade berikutnya.
Wallerstein mengajar di Columbia University dari 1958 – 1971 di departemen sosiologi dan kemudian di McGill University sebagai profesor Sosiologi. Kemudian di Binghamton University dari 1976 – 1999 dan saat ini ia adalah kepala bagian dari sarjana peneliti senior di Yale University dari tahun 2000. Pada 1970-an ia mulai melihat dunia dari cara yang berbeda yang ia sebut “dunia-sistem analisis”. Kedua terlibat keputusan intelektual besar pertama untuk melihat sistem seluruh dunia sebagai unit analisis dan desakan bahwa semua ilmu sosial harus dipelajari secara simultan bersejarah dan sistemik. Selama bertahun-tahun ia telah menjabat berbagai posisi sebagai profesor pengawas di universitas dan menjabat sebagai Directeur d’études associé di École des Hautes en Sciences Sociales Études di Paris, dan menjadi presiden dari Asosiasi Sosiologis Internasional antara tahun 1994 dan 1998. Ia menerima Penghargaan Sorokin untuk volume pertama dari The Modern World-System pada tahun 1975. Analisisnya atas Sistem modern-dunia menjadi topik utama tentang minat dan dengan publikasi yang berbeda di bawah namanya. Itu adalah ide besar dari salah satu kaum materialis ekonomi dan sejarah paling terkenal dari dunia modern.
Pemikir Amerika dan penulis The Decline of American Power: The US in a Chaotic World, ini dikenal kritis terhadap Barat dan kapitalisme. Wallerstein terkenal karena karyanya tentang globalisasi. Ia dilahirkan di New York pada 1930 dan belajar di Universitas Columbia. Ia menerima gelar sarjana pada tahun 1951, gelar master pada tahun 1954 dan gelar doktor dalam bidang filsafat pada 1959.
Dia kemudian bekerja sebagai dosen sampai 1971 dan menjadi profesor sosiologi di Universitas McGill di Montreal, dan dari 1976 ia menjadi profesor sosiologi di Universitas Binghamton. Pekerjaan ini berlangsung hingga 1999 ketika dia pensiun.
Dia juga menjabat sebagai direktur Fernand Braudel Centre untuk Studi Ekonomi, Sistem Sejarah dan Peradaban, dan merupakan profesor kehormatan di beberapa universitas nasional. Antara 1994 dan 1998, Wallerstein juga presiden dari Asosiasi Sosiolog Internasional.
Wallerstein memulai karirnya dengan keahlian dalam postkolonialisme Afrika. Sampai 1970-an, karyanya terutama berfokus pada subjek ini. Kemudian, pada tingkat makro, ia terkenal sebagai sejarawan dan ahli teori ekonomi kapitalis global.
Kritik pedasnya terhadap kapitalisme global dan dukungannya terhadap gerakan anti-sistem membawanya ke level yang sama dengan Noam Chomsky dan Pierre Bourdie dalam perjuangan melawan globalisasi. Kontribusinya yang paling penting adalah karya The Modern World-System, yang diterbitkan dalam tiga volume pada 1974, 1980 dan 1989.
Secara khusus, Wallerstein terinspirasi oleh tiga gerakan intelektual mendasar: Karl Marx, sejarawan Prancis Fernand Braudel dan "teori ketergantungan Duran, yang berfokus pada konsep pusat dan lingkungan. Wallerstein menolak gagasan dunia ketiga khususnya atas dasar studinya tentang Afrika pascakolonial dan berbagai teori masalah.
Menurutnya, ada satu dunia yang terhubung oleh jaringan hubungan ekonomi yang kompleks. Wallerstein mendefinisikan dunia ini sebagai "ekonomi-dunia" atau "sistem-dunia".
Sosiolog Amerika, sejarawan ekonomi dan analis sistem dunia Immanuel Maurice Wallerstein meninggal pada hari Sabtu, 31 Agustus 2019, dalam usia 88 tahun.
2. Nama Teori Emanuel Wallerstein
Bagi sebagian orang, nama Immanuel Wallerstein mungkin terdengar asing, namun bagi mereka yang mempelajari isu-isu globalisasi, termasuk kajian wilayah, dan teori-teori pembangunan, Wallerstein adalah nama besar. Bersama dengan Fernando Cardoso dan Andre Gunder Frank, Wallerstein dikenal sebagai kritikus teori modernisasi dalam studi pembangunan Dunia Ketiga. Cardoso dan Frank terkenal dengan teori dependensia atau ketergantungannya, sementara Wallerstein adalah proponen utama teori sistem dunia. Hampir sama dengan teori dependensia, teori sistem dunia (meskipun Wallerstein sendiri menolak penggunaan istilah ‘teori’ untuk menyebut pandangan sistem dunia-nya) ingin menunjukkan pola pembagian kerja dalam sistem ekonomi kapitalis yang membuat negara-negara berkembang selalu tergantung dengan negara-negara maju. Teori ini mencapai popularitasnya terutama pada 1970-an sampai 1980-an.
Teori sistem dunia merupakan sebuah pembagian kerja secara teritorial dalam produksi, pertukaran barang dan bahan mentah. Pembagian kerja mengacu pada kekuatan dan hubungan produksi dalam ekonomi dunia secara keseluruhan. Pembagian kerja ini menyebabkan adanya dua daerah yang saling bergantung, yaitu negara inti dan negara pinggiran. Secara geografi dan budaya kedua negara tersebut sama sekali berbeda, satu fokus pada padat modal dan satu lagi pada padat karya. Sementara itu, negara semi periferi bertindak sebagai zona penyangga antara inti dan pinggiran serta memiliki campuran jenis kegiatan yang ada di negara inti dan periferi.
3. Teori yang mempengaruhi Emanuel Wallerstein
Pengaruh Marxisme terhadap teori ini sangat jelas. Selain itu, yang khas pada Wallerstein adalah penekanannya pada pendekatan sejarah global atau total dalam cara memahami bagaimana sistem dunia kapitalisme bekerja. Dalam hal ini, Wallerstein mendapat pengaruh dari tradisi sejarah Annales Perancis, khususnya dari Ferdinand Braudel. Meski resminya adalah seorang sosiolog (pernah menjabat presiden the International Sociological Association pada 1994-1998), pengaruh pemikiran Wallerstein melintasi batas-batas ilmu sosial dan humaniora.
Teori sistem dunia lahir karena dua teori sebelumnya, yaitu teori modernisasi dan teori dependensi menuai banyak kritik. Teori modernisasi dikritik sebagai rasionalisasi imperialisme. Oleh karena itu, lahirlah teori dependensi yang pertama kali di Amerika Latin. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Akan tetapi, penganut teori modernisasi beranggapan bahwa teori dependensi hanya merupakan alat propaganda politik dari ideologi revolusioner Marxisme, bukan merupakan karya ilmiah, melainkan lebih merupakan pamflet politik dan dianggap tidak mampu bahkan putus asa dalam usahanya untuk berlomba dan bertarung dalam kajian ilmiah Pada pertengahan pertama tahun 1970-an lahir ajaran baru yang dikembangkan oleh Wallerstein dan pengikutnya. Mereka menyebutnya sebagai perspektif sistem dunia atau sistem ekonomi kapitalis dunia. Menurut Kaye, perspektif yang dirumuskan Wallerstein ini lahir dengan cara mengambil intisari dan menyerap pola pikir dari dua tradisi pemikiran yang dahulu ada, yakni pola pikir pembangunan negara Dunia Ketiga neomarxis dan ajaran Annales Prancis. Bagi Wallerstein, perspektif sistem dunia bukan merupakan teori, tetapi sebuah protes melawan kecenderungan terbentuknya struktur pemahaman dan pengkajian ilmu sosial dari lahirnya pada pertengahan abad ke-19.
Beberapa hal yang melatar belakangi munculnya teori sistem dunia:
a. Negara-negara di Asia Timur (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, dan singapura) terus mencapi pertumbuhan ekonomi tinggi. Sulit untuk mengaitkan bahwa ini sebagai hasil kerja para imperialis, pembangunan yang bergantung, atau ketergantungan yang dinamis, karena industri di kawasan ini secara nyata menjadi sebuah tantangan bagi Amerika serikat. Analisisnya adalah terjadi usaha mandiri atau memanfaatkan kesempatan yang datang dari negara-negara yang awalnya adalah negara semi pinggiran menjadi negara sentral.
b. Krisis di berbagai negara sosialis, yakni perpecahan Republik Rakyat China dan Uni soviet. Kegagalan Revolusi Kebudayaan, stagnasi ekonomi di negara-negara sosialis, perkembangan yang evolutif dan mulainya negara sosialis menerima investasi modal asing yang kavitalistik. Fenomena tersebut menandai kegagalan Marxisme revolusioner dan revolusi Marxisme. Analisisnya adalah terjadinya krisis di negara sosialis, membuat negaranya terpakasa meminjam modal kepada negara dengan sistem kapitalis. Artinya bahwa sosialis tidak lepas dari pengaruh dari kapitalis.
c. Munculnya krisis di Amerika Serikat, Perang Vietnam, Krisis Watergate, embargo minyak tahun 1975, inflasi ekonomi Amerika pada akhir 1070-an, kebijaksanaan perdagangan dan investasi produktif, defisit anggaran belanja pemerintah, defisit neraca pembayaran yang makin meluas pada tahun 1980-an menandai hancurnya hegemony politik ekonomi Amerika. Terjadinya krisis di negara sentral membuat negara-negara semi pinggiran memanfaatkan kesempatan untuk memandirikan negaranya atau pun membuat suatu kebijakan baru yang membuat negaranya semakin pesat berkembang.
Sistem dunia sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Wallerstein mempunyai tiga ciri utama, yaitu:
a. Tingkat otonomi yang tinggi , yaitu bahwa sistem tersebut berdiri sendiri dalam arti menjadi sistem dunia, karena eksistensinya tidak tergantung pada hal-hal di luar sistem tersebut.
b. Pembagian kerja yang luas, di dalamnya terdapat tingkat spesialisasi ekonomi yang tinggi yang berperan dalam sistem tersebut
c. Keragaman budaya atau adanya berbagai kelompok yang berbeda tradisi, berbicara dengan bahasa yang berbeda
Wallerstein mengidentifikasikan dua tipe dasar sistem dunia yakni kekaisaran dunia (World Empire) dan ekonomi dunia (World Economy). Kekaisaran dunia ialah sistem dunia yang secara politis dipusatkan dan disatukan, setiap kelompok dalam kerajaan menjadi bawahan pusat politik, contohnya Kekaisaran Romawi Kuno. Sedangkan ekonomi dunia ialah sistem dunia yang tidak menerapkan sentralisasi dan penyatuan politik, karena itu ekonomi dunia tidak hanya terdiri dari keragaman budaya tetapi juga keragaman unit-unit politik. Dalam dunia modern, hanya ada satu ekonomi dunia yaitu ekonomi dunia kapitalis yang telah muncul sejak abad XVI hingga sekarang.
4. Karya buku Emanuel Wallerstein
Immanuel Wallerstein saat ini adalah Senior Research Scholar di Yale University, New Haven – USA, adalah salah satu sosiolog hidup terbesar dan salah satu cendekiawan yang paling tepat untuk membahas relevansi Marx saat ini. Dia telah menjadi pembaca Marx untuk waktu yang lama dan karyanya telah dipengaruhi oleh teori-teori sang revolusioner yang lahir di Trier, pada 5 Mei 1818 itu. Wallerstein telah menulis lebih dari 30 buku, yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk The Modern World-System yang terkenal itu, yang diterbitkan dalam empat volume antara tahun 1974 dan 2011.
Diantara buku-buku karya Emanuel Wallerstein adalah sebagai berikut:
o World-Systems Analysis: An Introduction
o European Universalism: The Rhetoric of Power
o Centrist Liberalism Triumphant, 1789-1914
o Does Capitalism Have a Future?
o Centrist Liberalism Triumphant, 1789-1914
o Africa: The Politics of Independence and Unity
o End of the World as We Know It: Social Science for the Twenty-First Century
o Uncertain Worlds: World-Systems Analysis in Changing Times
o Unthinking Social Science: Limits of 19th Century Paradigms
o Modern World-System in the Longue Duree
o Historical Capitalism with Capitalist Civilization
o The Decline of American Power: The U.S. in a Chaotic World
o World Inequality: Origins and Perspectives on the World System
Buku-buku tersebut di tulis oleh Wallerstein dan saat ini telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai macam Bahasa dan masih banyak lagi buku-buku karangan Wallerstein lainnya terkait teori dan pendapat-pendapatnya.
5. Proposisi Teori Emanuel Wallerstein
Negara modern merupakan bagian dari sistem dunia kapitalisme. Sistem inilah yang ingin dipahami oleh Immanuel Wallerstein. Ia percaya bahwa hanya ada tiga jenis sistem sosial, yaitu mini sistem, kerajaan dunia (world empires) dan ekonomi dunia. Pertama, Wallerstein menyebut mini sistem sebagai masyarakat homogen yang dipelajari oleh antropolog. Kegiatan dari masyarakat ini adalah berburu, meramu dan gembala. Masyarakat ini bisa dikatakan sebagai masyarakat hortikultura yang mempunyai unit ekonomi sendiri dan memproduksi semua barang dan jasa dalam sistem sosial budaya mereka sendiri. Kedua, sistem kerajaan dunia memiliki ekonomi yang didasarkan pada ekstraksi barang dan jasa dari daerah pinggiran. Sebagian dari surplus ini digunakan untuk membayar para administrator yang mengekstrak barang dan jasa tersebut dan membayar militer untuk memastikan bahwa kekuasaan akan tetap berlanjut serta sisanya digunakan oleh para penguasa politik di kerajaan Ketiga, sistem ekonomi dunia tidak memiliki sistem politik dan kekuasaannya tidak hanya pada militer. Meskipun begitu, sistem ini masih memiliki kesamaan dengan sistem kerajaan dunia dalam hal ekstraksi barang dan jasa dari daerah pinggiran.
Terdapat satu konsep dalam perspektif sistem dunia, yaitu konsep negara semi pinggiran (semi periferi). Dalam konsep ini terkandung ajaran sistem dunia yang menjelaskan berbagai kemungkinan perubahan status relatif satu negara di dalam sistem ekonomi kapitalis dunia. Menurut Wallerstein, dunia terlalu kompleks untuk dijelaskan dengan model dwi kutub, yakni sentral (inti) dan pinggiran (periferi). Banyak negara yang terletak di antara dua posisi tersebut yang tidak dapat dan tidak tepat untuk dikategorikan sebagai negara sentral maupun negara pinggiran. Ada dua alasan utama mengapa sistem ekonomi kapitalis dunia yang ada sekarang ini memerlukan kategori semi pinggiran. Pertama, polarisasi sistem dunia yang menjadi dua kutub, dengan hanya sedikit yang memiliki status tinggi dan harus berhadapan dengan amat banyak yang memiliki status rendah, akan mudah menyebabkan disintegrasinya sistem dunia.
Oleh karena itu, perlu diciptakan kategori menengah untuk menghindari krisis tersebut. Kedua, untuk membantu pembentukan iklim dan daerah ekonomis baru yang diperlukan oleh para pemilik modal untuk memindahkan modalnya dari tempat yang sudah tidak efisien lagi ke tempat baru yang sedang tumbuh. Tempat baru ini yang disebut Wallerstein sebagai negara semi pinggiran. Bagi Wallerstein, negara semi pinggiran memiliki dua karakteristik pokok. Pertama, negara tersebut memiliki posisi tawar-menawar perdagangan yang berbeda dengan negara pinggiran. Pertukaran barang yang terjadi antara negara sentral dengan negara semi pinggiran menggambarkan pertukaran antara barang yang diproduksi dengan upah tinggi dengan barang yang diproduksi dengan upah rendah sehingga menghasilkan pertukaran yang tidak seimbang. Kedua, negara semi pinggiran memiliki kepentingan langsung untuk mengatur dan mengawasi pertumbuhan pasar dalam negeri.
Negara inti merupakan negara kapitalis dominan yang mengeksploitasi negara periferi dalam hal tenaga kerja dan bahan-bahan mentah. Negara ini paling diuntungkan dalam sistem ekonomi kapitalis. Sebagian besar negara di Eropa Barat (Inggris, Belanda, Prancis) merupakan kawasan inti pertama. Secara politik, negara-negara tersebut mengembangkan pemerintahan pusat yang kuat, birokrasi yang ekstensif dan tentara yang besar. Hal ini memungkinkan kaum borjuis lokal mendapatkan kontrol atas perdagangan internasional dan surplus modal dari perdagangan tersebut untuk keuntungan mereka sendiri.
Sedangkan saat ini Indonesia masih menjadi negara pinggiran, padahal Indonesia mempunyai banyak sumber daya yang bisa diolah untuk bisa membuat Indonesia menjadi negar semi pinggiran atau bahkan negara pusat. Dilihat dari perekonomian serta ketahanan militer Indonesia masih kalah dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Keadaan tersebut membuat Indonesia tidak mempunyai barganing power di kancah international. Padahal Indonesia mempunyai instrumen-instrumen untuk membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara pusat lainnya.
6. Pembuktian Teori Emanuel Wallerstein dalam Realitas
Immanuel Wallerstein telah mengembangkan versi analisis sistem dunia yang paling terkenal, dimulai pada tahun 1970-an. Wallerstein melacak kebangkitan ekonomi dunia kapitalis dari abad ke-16 yang "panjang" (1450–1640). Kebangkitan kapitalisme, dalam pandangannya, adalah hasil kebetulan dari krisis feodalisme yang berkepanjangan (1290–1450). Eropa ( Barat ) menggunakan keunggulannya dan menguasai sebagian besar ekonomi dunia dan memimpin perkembangan dan penyebaran industrialisasi dan ekonomi kapitalis, yang secara tidak langsung mengakibatkan pembangunan yang tidak merata .
Meskipun komentator lain menyebut proyek Wallerstein sebagai teori sistem dunia, ia secara konsisten menolak istilah itu. Bagi Wallerstein, analisis sistem dunia adalah cara analisis yang bertujuan untuk melampaui struktur pengetahuan yang diwarisi dari abad ke-19, terutama definisi kapitalisme, pembagian dalam ilmu-ilmu sosial, dan antara ilmu-ilmu sosial dan sejarah. Untuk Wallerstein, maka, analisis sistem dunia adalah "gerakan pengetahuan yang berusaha untuk membedakan totalitas dari apa yang telah diarak di bawah label ilmu manusia dan memang jauh di luar. Kita harus menemukan bahasa baru," tegas Wallerstein, untuk melampaui ilusi tiga arena yang dianggap berbeda, dari masyarakat, ekonomi, dan politik. Struktur pengetahuan trinitarian didasarkan pada arsitektur modernis lain yang bahkan lebih agung, perbedaan dunia biofisik (termasuk yang ada di dalam tubuh) dari dunia sosial: Oleh karena itu, satu pertanyaan adalah apakah kita akan dapat membenarkan sesuatu yang disebut ilmu sosial di abad kedua puluh satu sebagai bidang pengetahuan yang terpisah. Banyak sarjana lain telah memberikan kontribusi pekerjaan yang signifikan dalam gerakan pengetahuan ini.
7. Realitas Lingkup Teori Emanuel Wallerstein
Teori Sistem Dunia dapat berguna dalam memahami sejarah dunia dan motif negara-negara inti untuk imperialisasi dan keterlibatan lain seperti bantuan AS setelah bencana alam di negara berkembang Amerika Tengah atau memaksakan rezim di negara inti lainnya. Dengan sistem antarnegara bagian sebagai sistem yang konstan, kekuatan ekonomi relatif dari tiga tingkatan menunjukkan ketidaksetaraan internal yang sedang meningkat di negara bagian yang tampaknya berkembang. Beberapa berpendapat bahwa teori ini mengabaikan upaya inovasi lokal yang tidak ada hubungannya dengan ekonomi global, seperti pola tenaga kerja yang diterapkan di perkebunan gula Karibia. Topik global modern lainnya dapat dengan mudah ditelusuri kembali ke teori sistem dunia.
Sebagai pembicaraan global tentang perubahan iklim dan masa depan perusahaan industri, teori sistem dunia dapat membantu menjelaskan pembentukan kelompok G-77, koalisi 77 negara periferal dan semi-periferal yang menginginkan kursi di meja diskusi iklim global. Kelompok ini dibentuk pada tahun 1964, tetapi sekarang memiliki lebih dari 130 anggota yang mengadvokasi pengambilan keputusan multilateral. Sejak pembentukannya, anggota G-77 telah berkolaborasi untuk dua penyebab utama: 1) mengurangi kerentanan mereka berdasarkan ukuran relatif pengaruh ekonomi dan 2) meningkatkan hasil bagi pembangunan nasional. Teori sistem dunia juga telah digunakan untuk melacak kerusakan emisi CO2 pada lapisan ozon. Tingkat masuk dan keterlibatan ekonomi dunia dapat mempengaruhi kerusakan yang dilakukan suatu negara terhadap bumi. Secara umum, para ilmuwan dapat membuat asumsi tentang emisi CO2 suatu negara berdasarkan PDB. Negara-negara pengekspor yang lebih tinggi, negara-negara dengan utang, dan negara-negara dengan gejolak struktur sosial mendarat di tingkat pinggiran atas. Meskipun penelitian lebih lanjut harus dilakukan di arena, para ilmuwan dapat menyebut label inti, semi-pinggiran, dan pinggiran sebagai indikator intensitas CO2.
Di bidang kesehatan, penelitian telah menunjukkan efek penerimaan negara-negara kurang maju, pinggiran, terhadap makanan dan minuman kemasan yang sarat dengan gula dan pengawet. Sementara negara bagian inti mendapat manfaat dari membuang sejumlah besar makanan olahan dan berlemak ke negara bagian yang lebih miskin, ada peningkatan yang tercatat dalam obesitas dan kondisi kronis terkait seperti diabetes dan penyakit jantung kronis. Sementara beberapa aspek dari teori modernisasi telah ditemukan untuk memperbaiki krisis obesitas global, pendekatan teori sistem dunia mengidentifikasi lubang dalam kemajuan.
Ekonomi pengetahuan dan keuangan sekarang mendominasi industri di negara-negara inti sementara manufaktur telah bergeser ke negara-negara semi-pinggiran dan pinggiran. Teknologi telah menjadi faktor penentu dalam penempatan negara bagian ke inti atau semi-pinggiran versus pinggiran. Teori Wallerstein memberikan ruang bagi negara-negara miskin untuk bergerak menuju pembangunan ekonomi yang lebih baik, tetapi ia juga mengakui bahwa akan selalu ada kebutuhan bagi negara-negara pinggiran selama ada negara-negara inti yang memperoleh sumber daya dari mereka. Sebagai tanda akhir modernitas, Wallerstein mengakui bahwa para pendukung adalah jantung dari sistem dunia ini: “Eksploitasi dan penolakan untuk menerima eksploitasi sebagai sesuatu yang tak terelakkan atau hanya merupakan antinomi berkelanjutan dari era modern”.
8. Aktor Otonom
Janet Abu Lughod berpendapat bahwa sistem dunia pra-modern yang luas di seluruh Eurasia ada pada abad ke-13 sebelum pembentukan sistem dunia modern yang diidentifikasi oleh Wallerstein. Janet Abu Lughod berpendapat bahwa Kekaisaran Mongol memainkan peran penting dalam menyatukan wilayah Cina, India, Muslim, dan Eropa pada abad ke-13, sebelum munculnya sistem dunia modern. Dalam perdebatan, Wallerstein berpendapat bahwa sistem Lughod bukanlah "sistem dunia" karena tidak memerlukan jaringan produksi terintegrasi, melainkan jaringan perdagangan yang luas.
Andre Gunder Frank melangkah lebih jauh dan mengklaim bahwa sistem dunia global yang mencakup Asia, Eropa, dan Afrika telah ada sejak milenium ke-4 SM . Pusat sistem ini berada di Asia, khususnya Cina. Andrey Korotayev bahkan lebih jauh dari Frank dan tanggal awal pembentukan sistem dunia ke milenium ke-10 SM dan menghubungkannya dengan awal Revolusi Neolitik di Timur Tengah. Menurutnya, pusat sistem ini awalnya di Asia Barat .
9. Lokus Realitas
Teori sistem dunia merupakan sebuah pembagian kerja secara teritorial dalam produksi, pertukaran barang dan bahan mentah. Pembagian kerja mengacu pada kekuatan dan hubungan produksi dalam ekonomi dunia secara keseluruhan. Pembagian kerja ini mengakibatkan keadaan dua kawasan yang saling bergantung, yaitu negara konten dan negara pinggiran. Secara geografi dan norma budaya kedua negara tersebut sama sekali berlainan, satu fokus pada padat modal dan satu lagi pada padat karya. Sementara itu, negara semi periferi bertindak sebagai zona penyangga selang konten dan pinggiran serta memiliki campuran jenis perkara yang mempunyai di negara konten dan periferi.
Negara konten merupakan negara kapitalis dominan yang mengeksploitasi negara periferi dalam hal tenaga kerja dan bahan-bahan mentah. Negara ini sangat diuntungkan dalam sistem ekonomi kapitalis. Beberapa luhur negara di Eropa Barat (Inggris, Belanda, Perancis) merupakan kawasan konten pertama. Secara politik, negara-negara tersebut mengembangkan pemerintahan pusat yang kuat, birokrasi yang ekstensif dan tentara yang luhur. Hal ini memungkinkan kaum borjuis lokal mendapatkan kontrol atas perdagangan internasional dan surplus modal dari perdagangan tersebut bagi keuntungan mereka sendiri.
Negara periferi bergantung pada negara inti dalam hal modal. Karakteristik negara ini ditunjukkan dengan industrinya yang masih terbelakang. Negara periferi tidak memiliki pemerintah pusat yang kuat atau dikendalikan oleh negara-negara lain, bahan baku diekspor ke negara inti dan bergantung pada praktik kerja yang koersif. Negara inti mengambil sebagian besar surplus modal yang dihasilkan oleh pinggiran melalui hubungan perdagangan yang tidak adil. Negara di Eropa Timur (terutama Polandia) dan Amerika Latin menunjukkan karakteristik dari negara periferi. Di Polandia, raja kehilangan kekuatan untuk menjadi eksportir utama gandum ke seluruh Eropa. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dan mudah dikontrol, tuan tanah memaksa pekerja di desa menjadi budak di perkebunan komersial mereka. Di Amerika Latin, penaklukan Spanyol dan Portugis menghancurkan struktur otoritas adat dan menggantinya dengan birokrasi yang lemah di bawah kendali negara-negara Eropa. Tuan tanah lokal yang kuat asal Hispanik menjadi petani kapitalis aristokrat. Perbudakan penduduk asli, impor budak Afrika, dan praktik kerja koersif memungkinkan ekspor bahan baku murah ke Eropa. Sistem tenaga kerja di kedua daerah periferi ini didirikan tidak hanya untuk konsumsi internal, tetapi juga untuk menghasilkan barang bagi ekonomi dunia kapitalis.
Negara semi periferi bisa dikatakan sebagai negara inti yang mengalami penurunan atau negara periferi yang berusaha meningkatkan posisi dalam sistem ekonomi dunia. Contoh negara yang menurun dari negara inti menjadi semi periferi adalah Portugal dan Spanyol. Negara semi periferi lainnya saat ini adalah Italia, Jerman selatan dan Prancis selatan. Negara ini gagal mendominasi perdagangan internasional dan dengan demikian tidak mendapat keuntungan pada tingkat yang sama seperti negara inti.
Negara ini mempertahankan sistem ekonomi mereka sendiri sehinga berada di luar sistem ekonomi dunia modern. Rusia merupakan negara yang berada pada sistem ekonomi ini. Rusia memasok gandum untuk pasar dalam negeri. Gandum ini juga diperdagangkan dengan negara di Asia dan Eropa. Akan tetapi, perdagangan di dalam negeri tetap lebih penting dibandingkan dengan perdagangan dengan negara lain. Kekuatan Rusia yang besar ini membantu ekonomi dalam negeri dan membatasi pengaruh dari luar.
10. Metodologi Teori Emanuel Wallerstein
Teori Wallerstein diakui di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, salah satu pusat penelitian sistem dunia ada di Fernand Braudel Center for the Study of Economies, Historical Systems and Civilizations , di Binghamton University . Di antara majalah terkait yang paling penting adalah Journal of World-Systems Research , yang diterbitkan oleh Bagian Asosiasi Sosiologi Amerika tentang Ekonomi Politik Sistem Dunia (PEWS), dan Review , yang diterbitkan Braudel Center.
Teori sistem dunia mengajukan beberapa pertanyaan kunci:
· Bagaimana sistem dunia dipengaruhi oleh perubahan komponennya (misalnya negara, kelompok etnis, kelas sosial, dll.)?
· Bagaimana pengaruhnya terhadap komponen-komponennya?
· Sampai sejauh mana, jika ada, inti membutuhkan pinggiran agar tidak berkembang?
· Apa yang menyebabkan sistem dunia berubah?
· Sistem apa yang dapat menggantikan kapitalisme?
Beberapa pertanyaan lebih spesifik untuk subbidang tertentu; misalnya, kaum Marxis akan memperhatikan diri mereka sendiri apakah teori sistem dunia merupakan perkembangan yang berguna atau tidak berguna dari teori-teori Marxis.
11. Bias / Keperpihakan Teori Emanuel Wallerstein
Perkembangan baru dalam penelitian sistem dunia mencakup studi tentang proses siklus. Lebih khusus, ini mengacu pada siklus industri atau produk terkemuka (yang baru dan memiliki pangsa penting dari pasar komoditas dunia secara keseluruhan), yang sama dengan pembubaran kuasi-monopoli atau bentuk lain dari monopoli parsial yang dicapai oleh perusahaan inti. negara bagian. Bentuk monopoli parsial seperti itu dapat dicapai melalui kepemilikan industri atau produk terkemuka, yang memerlukan kemampuan teknologi, paten, pembatasan impor dan/atau ekspor, subsidi pemerintah, dll. Kemampuan seperti itu paling sering ditemukan di negara bagian inti, yang mengakumulasi modal melalui pencapaian kuasi-monopoli semacam itu dengan industri atau produk unggulan.
Ketika modal terakumulasi, lapangan kerja dan upah juga meningkat, menciptakan rasa sejahtera. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi, bahkan terkadang overproduksi sehingga menimbulkan persaingan harga. Untuk menurunkan biaya produksi, proses produksi industri atau produk terkemuka dipindahkan ke negara semi-periferal. Ketika persaingan meningkat dan monopoli kuasi tidak ada lagi, pemiliknya, seringkali negara inti, beralih ke industri atau produk unggulan baru lainnya, dan siklus berlanjut.
Perkembangan baru lainnya termasuk konsekuensi dari pembubaran Uni Soviet , peran gender dan budaya, studi tentang perbudakan dan penggabungan wilayah baru ke dalam sistem dunia dan sistem dunia pra-kapitalis. Diperdebatkan, sumber pembaruan terbesar dalam analisis sistem dunia sejak tahun 2000 adalah sintesis pendekatan sistem dunia dan lingkungan. Tokoh kunci dalam "penghijauan" analisis sistem dunia termasuk Minqi Li, Jason W. Moore, Andreas Malm , Stephen Bunker, Alf Hornborg, dan Richard York.
12. Kritik pada teori Emanuel Wallerstein
Teori sistem dunia telah menuai kritik dari para pesaingnya; terutama karena terlalu fokus pada ekonomi dan tidak cukup pada budaya dan karena terlalu berpusat pada inti dan berpusat pada negara. William I. Robinson telah mengkritik teori sistem dunia karena sentrisme negara-bangsa, pendekatan strukturalis negara, dan ketidakmampuannya untuk mengkonseptualisasikan kebangkitan globalisasi. Robinson menyarankan bahwa teori sistem dunia tidak memperhitungkan kekuatan sosial transnasional yang muncul dan hubungan yang terjalin antara mereka dan institusi global yang melayani kepentingan mereka. Kekuatan-kekuatan ini beroperasi pada sistem global, bukan sistem negara dan tidak dapat dipahami oleh pendekatan yang berpusat pada bangsa Wallerstein.
Menurut Wallerstein sendiri, kritik terhadap pendekatan sistem dunia datang dari empat arah: positivis, Marxis ortodoks, otonomi negara, dan budayawan. Kaum positivis mengkritik pendekatan tersebut karena terlalu rentan terhadap generalisasi, kekurangan data kuantitatif dan gagal mengajukan proposisi yang dapat dipalsukan. Kaum Marxis Ortodoks menemukan pendekatan sistem dunia menyimpang terlalu jauh dari prinsip-prinsip Marxis ortodoks, seperti dengan tidak memberikan bobot yang cukup pada konsep kelas sosial. Otonomi negara bagian mengkritik teori karena mengaburkan batas antara negara dan bisnis. Selanjutnya, positivis dan otonomi negara berpendapat bahwa negara harus menjadi unit analisis sentral . Akhirnya, para budayawan berpendapat bahwa teori sistem dunia terlalu mementingkan ekonomi dan tidak cukup mementingkan budaya. Dalam kata-kata Wallerstein sendiri:
Singkatnya, sebagian besar kritik terhadap analisis sistem dunia mengkritiknya karena apa yang dinyatakan secara eksplisit sebagai perspektifnya. Analisis sistem dunia memandang mode analisis lain ini sebagai cacat dan/atau membatasi ruang lingkup dan meminta untuk tidak memikirkannya.
Salah satu masalah konseptual mendasar dari teori sistem dunia adalah bahwa asumsi yang mendefinisikan unit konseptual sebenarnya adalah sistem sosial. Asumsi, yang mendefinisikannya, perlu diperiksa serta bagaimana mereka terkait satu sama lain dan bagaimana satu berubah menjadi yang lain. Argumen penting dari teori sistem dunia adalah bahwa pada abad ke-16 ekonomi dunia kapitalis berkembang, yang dapat digambarkan sebagai sistem dunia. Berikut ini adalah kritik teoretis yang berkaitan dengan klaim dasar teori sistem dunia: "Saat ini tidak ada sistem sosialis dalam ekonomi dunia seperti halnya sistem feodal karena hanya ada satu sistem dunia. ekonomi dunia dan itu menurut definisi kapitalis dalam bentuk."
Robert Brenner telah menunjukkan bahwa pengutamaan pasar dunia berarti pengabaian struktur kelas lokal dan perjuangan kelas: "Mereka gagal memperhitungkan baik cara di mana struktur kelas itu sendiri muncul sebagai hasil dari perjuangan kelas yang hasilnya tidak dapat dipahami. hanya dalam hal kekuatan pasar." Kritik lain adalah reduksionisme yang dibuat oleh Theda Skocpol: dia percaya sistem antarnegara jauh dari superstruktur sederhana ekonomi dunia kapitalis: "Sistem negara internasional sebagai struktur persaingan militer transnasional awalnya tidak diciptakan oleh kapitalisme. Sepanjang sejarah dunia modern, ia mewakili tingkat otonomi analitis [... dari] kapitalisme dunia, tetapi tidak dapat direduksi ke dalamnya."
Sebuah konsep yang dapat kita anggap sebagai kritik dan sebagian besar sebagai pembaruan adalah konsep kolonialitas (Anibal Quijano , 2000, Nepantla, Coloniality of power, eurocentrism and Latin America). Dikeluarkan dari think tank kelompok "modernitas/kolonialitas" (es:Grupo modernidad/ colonialidad) di Amerika Latin, ia kembali menggunakan konsep pembagian kerja dunia dan sistem inti/pinggiran dalam sistem penjajahannya. Tetapi mengkritik asal-usul "core-centric" dari Sistem Dunia dan satu-satunya perkembangan ekonominya, "kolonialitas" memungkinkan konsepsi lebih lanjut tentang bagaimana kekuasaan masih memproses dengan cara kolonial atas populasi di seluruh dunia (Ramon Grosfogel, "the epistemic decolonial turn" 2007): "yang saya maksud dengan 'situasi kolonial' adalah penindasan/eksploitasi budaya, politik, seksual, spiritual, epistemik, dan ekonomi terhadap kelompok ras/etnis bawahan oleh kelompok ras/etnis dominan dengan atau tanpa adanya pemerintahan kolonial". Kolonialitas sejauh ini mencakup beberapa bidang seperti kolonialitas gender (Maria Lugones), kolonialitas "makhluk" (Maldonado Torres), kolonialitas pengetahuan (Walter Mignolo ) dan Kolonialitas kekuasaan ( Anibal Quijano).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Wallerstein
http://psdr.lipi.go.id/sudut-pandang/globalisasi-dan-sistem-dunia-immanuel-wallerstein.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_sistem_dunia
https://indoprogress.com/2018/05/baca-karl-marx-perbincangan-dengan-immanuel-wallerstein/
No comments:
Post a Comment